Tulisan ini merupakan salah satu bagian yang memotivasi saya untuk menulis ini. Cerita ini bermula di suatu pagi di rumah kecil saya di makassar. Pagi itu merupakan pagi yang cerah, setelah shalat subuh yang langsung mengotak atik HP dan membaca beberapa pesan di aplikasi Whatsapp. Mulai dari pesan teman yang dikirim secara langsung hingga pesan yang masuk melalui grup WA yang sudah puluhan.

Setelah membaca beberapa grup yang kadang tidak jelas infonya dari mana, saya terhenti di salah satu grup kantor dan membaca undangan rapat ulang undangan tersebut. Undangan itu merupakan undangan untuk rapat rutin yang biasanya kami laksanakan tiap hari senin.

Sambil menunggu pisang goreng yang sejak dulu menjadi makan favorit saya siap dihidangkan, saya terus menerus berselancar dan membaca beberapa berita terkait kepemiluan yang dikirim teman teman anggota KPU Kabupaten yang lain di grup KPU se Sul Sel.

Saya dikagetkan dengan tiba tiba seorang anak kecil keluar dari kamar sambil sempoyongan yang di dalam kepalanya mungkin sudah dipenuhi rencananya untuk bermain bersama saya. Sebagaimana tiap minggunya saya harus membayar utang bermain kepada anak saya tersebut.

Apa boleh buat dia juga diharus rela ditinggal oleh Ettanya demi tugas negara di Kampung sementara dia bersama mamanya di kota yang penuh sesak dan hampir tidak ada lagi ruang untuk bermain seperti kita kita dulu di kampung.

Setelah dia agak lama memperhatikan saya akhirnya dia angkat bicara, mengatakan Etta Ayo main bongkar pasang yang maksudnya main lego miliknya. Dia menginformasikan kepada saya bahwa dia sudah pintar menyusun lego hingga berbentuk super hero yang dia sukai. Saya langsung saja mengiyakan namun tak beranjak dari tempat duduk saya yang serasa semakin nyaman, apalagi sambil menyeruput kopi bikinan mertua yang khas sesuai selera saya.

Beberapa kali dia meminta saya pun masih asik membaca pesan, akhirnya dia bertanya apa yang di baca Etta, saya menjawab saya membaca surat surat dinas yang dikirim KPU RI dan rencana kerja Etta di kantor Nak. Kemudian dia bertanya kembali apa yang dikerja Etta? kenapa etta tidak tinggal saja di rumah, tidak perlu kerja supaya ada yang temani Mario di rumah main. Etta harus kerja nak, supaya etta bisa sekolahkan Mario, bisa belikan apa yang Mario mau.

Setelah beberapa pertanyaan yang kadang tidak jelas apa maksudnya mungkin karena dia penasaran apa yang saya kerja kalau kembali kampung, Saya pun kembali menyerang dia pertanyaan untuk mengetahui apa cita citanya. Nak, kalau kamu besar mau jadi apa? Langsung dia menjawab saya mau seperti etta mau kerja di KPU. Kemudian saya lanjut bertanya memang apa yang kamu tahu kerjaannya etta nak? Etta suka pergi ketemu ketemu orang orang, ada kantornya, dan suka jalan jalan.

Dengan jawaban tersebut saya langsung berpikir dan mengaitkan penyataannya dengan pekerjaan saya. Mungkin ada baiknya dalam materi sosialisasi kelembagaan KPU kita mesti memiliki strategi untuk menanamkan nilai nilai demokrasi sejak dini ke anak anak. minimal tentang jenis pekerjaan sebagai anggota KPU, agar pekerjaan ini menjadi inspirasi dan pilihan bagi anak anak sebagai cita cita mereka kelak.

Karena selama ini memang saya tidak pernah mendengar anak anak memiliki cita cita menjadi anggota KPU padahal pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang mulia dan terhormat. Menjadi wasit setiap penyelenggaraan pemilu. Anak anak seolah olah sudah terpatok untuk memilih cita cita seperti presiden, polisi, tentara, dokter, guru dan lain lain.

Untuk mengapresiasi hal tersebut, ini dapat menjadi ide menarik dalam hal sosialisasi dengan membuat buku cerita, komik atau buku yang dapat menggambarkan profesi anggota KPU.

Olehnya itu, melalui tulisan ini saya juga bermaksud menyarankan agar kedepan “kawan demokrasi” yang memiliki kemampuan untuk menulis atau buat buku bergambar kiranya buku tersebut yang menyertakan gambar yang dapat dipahami anak anak. Tujuannya adalah agar profesi sebagai anggota KPU atau penyelenggara pemilu dapat diketahui sejak dini tetapi yang terpenting adalah agar anak anak juga dapat menikmati buku tersebut meski dia belum tahu membaca. Sekaligus dapat juga buku tersebut menjadi buku yang dapat dijadikan pegangan atau bahan bagi orang tua atau para pendidik untuk menjelaskan profesi anggota KPU ke anak masing masing. Syukur jika ada diantara anak anak teman teman pembaca yang tertarik dan menjadi penyelenggara pemilu atau menjadikannya sebagai cita cita mereka kelak sehingga dapat menginspirasi mereka dalam setiap tumbuh kembangnya.

Terakhir, bagi penyelenggara Pemilu ini dapat menjadi metode yang baru dalam mengsosialisasikan demokrasi dan kepemiluan sehingga dapat menarik orang orang baik masuk ke penyelenggara pemilu.